Here is the scientific report of Physics subject, Determine the Spring's constant using Hooke's Law of Elasticity. Download here.

Agatha Mary Clarissa Miller Christie Mallowan



Agatha Mary Clarissa Miller lahir pada 15 September 1890 DI Torquay , South Devon. Ayah Agatha adalah Frederick Alvah Miller (1846-1901), seorang pialang saham Amerika dengan pendapatan yang independen, tapi dia meninggal ketika Agatha baru berusia 11 tahun. Sementara itu, ibunya, Clarissa "Clara" Margaret Miller (nee Boehmer)(1855-1926) adalah putri seorang kapten tentara Inggris . Agatha adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Kakaknya adalah Louis Montant "Monty" Miller (1880-1929), dan Margaret Frary "Madge" Miller, 11 tahun lebih tua (1879-1950).
Karena perbedaan usia yang cukup jauh dengan saudaranya, kakak-kakak Agatha sedang bersekolah sementara dia tumbuh dewasa, Agatha harus belajar untuk menghibur diri sendiri. Di saat kesendirian dan kebosanan, saat itulah imajinasi Agatha berkembang.Agatha tidak pernah bersekolah. Ia  dididik di rumah oleh ibunya dan sesekali diberi tutor paruh waktu.Ibunya mendorongnya untuk menulis puisi dan cerita pendek . Beberapa puisi dikirimkan  ke The Poetry Review, tetapi tidak diterbitkan.
Seorang teman dari keluarga, Eden Philpott, juga mendorong
minat menulis Agatha, dan mengirimkan  salah satu dari naskah pertama Agatha yang berjudul Snow upon the Desert kepada agen literatur di London, sayangnya tidak berhasil juga untuk dapat diterbitkan.Pada usia 16 tahun, Agatha disekolahkan di Paris selama dua tahun untuk belajar menyanyi dan piano  yang merupakan pendidikan formal pertamanya. Agatha adalah pianis yang handal namun sifat pemalu dan ketakutan menghalanginya dalam berkarir di bidang musik.
Setelah menyelesaikan sekolah di Paris, Agatha menghabiskan tiga bulan di Mesir dengan ibunya. Ibu Agatha menjadi gelisah tanpa suaminya dan mulai melakukan perjalanan, sering membawa Agatha dengannya. Pada tahun 1912, Agatha resmi bertunangan dengan Reggie Lucy, seorang mayor di The Gunners. Namun kemudian ia bertemu dan jatuh cinta dengan Letnan Archibald Christie dari Royal Field Artillery. Dua tahun kemudian, Agatha dan Archibald menikah dengan lisensi khusus di gereja paroki Emmanuel, Clifton, Bristol, pada tanggal 24 Desember 1914.  Selama Perang antara Inggris dan Prancis, Agatha Christie bekerja sebagai perawat VAD nurse (Volunteer Aid Detachment nurse) di Rumah Sakit Palang Merah Torbay, Torquay, tempat perawatan korban Perang. Setelah bekerja di bidang keperawatan selama 2 tahun, Christie bekerja di klinik dimana ia belajar kimia dasar dan pengetahuan tentang farmasi dan obat-obat tradisional.
Agatha Christie berimajinasi dengan ide menulis novel detektif untuk beberapa saat, meskipun kakaknya mengklaim bahwa ia tidak mampu. Pengetahuan baru nya racun dan keinginan untuk membuktikan kakaknya salah, menginspirasi  Agatha untuk mulai menulis pada usia 25 tahun. Setelah menyelesaikan setengah buku, keluarganya menyarankan agar ia pergi ke hotel Dartmoor untuk menyelesaikan novel ini. Dalam suasana damai dan tenang daerah Dartmoor selama musim panas tahun 1916,naskah The Mysterious Affair at Styles selesai dalam waktu dua minggu.Archie Christie direkomendasikan untuk mengirimkan  naskahnya dikirim seorang teman yang merupakan direktur di sebuah penerbit, Methuen. Setelah 6 bulan menunggu, Methuen menolaknya. Penerbit lain didekati, dengan hasil yang sama. Kemudian naskah itu diserahkan kepada Kepala Bodley. Setelah penundaan hampir 2 tahun, Kepala Bodley menerima buku itu, tapi ia menyarankan pengubahan bab terakhir dan perubahan lainnya. Pada akhirnya , The Mysterious Affair at Styles  diterbitkan pada tahun 1920.
Pada tahun 1927 ibu Agatha meninggal, dan tak lama kemudian tragedi hidup Agatha berlanjut dengan runtuhnya pernikahannya dengan Archie Christie. Archie dan Agatha Christie bercerai pada tahun 1928. Selama masa traumatis ini, Agatha Christie menghilang selama 10 hari sejak 3 Desember 1926. Mobil Agatha Christie Morris Cowley ditemukan ditinggalkan di lereng di Sudut Newlands, dekat Guilford, Surrey. Agatha akhirnya ditemukan tinggal di sebuah hotel di Harrogate.Agatha mengaku bahwa dia menderita amnesia dan gangguan saraf, setelah kematian ibunya dan berakhirnya pernikahannya. Namun Agatha Christie tidak pernah menyebutkan ini sesudahnya, bahkan dalam autobiografinya.
Pada tahun 1930 Agatha Christie mengunjungi Baghdad untuk kedua kalinya, bahwa dia bertemu dan jatuh cinta dengan Max Mallowan, seorang arkeolog yang usianya empat belas tahun lebih muda.Pada 11 September 1930 Agatha Christie menikah dengan Max Mallowan. Mereka tetap menikah selama 46 tahun, sampai kematiannya pada tahun 1976
Pada tahun 1932 Agatha Christie
menerbitkan novel pertama dari enam novel roman psikologis di bawah nama samaran, Mary Westmacott. Pada tahun  1949, The Sunday Times mengungkapkan bahwa Ms Westmacott sebenarnya Agatha Christie

Tahun 1930an adalah masa paling produktif Agatha Christie untuk memproduksi novel . Empat belas novel Hercule Poirot, dua novel Jane Marple, dua buku Inspektur Battle, satu buku cerita yang menampilkan Harley Quin dan satu menceritakan  Mr. Parker Pyne, empat novel misteri non-serial, buku Maria Westmacott, dan dua pemain asli.
Selama Perang Dunia Kedua (1939-1945), Agatha bekerja paruh waktu di apotik
London’s University College Hospital. Waktu menulisnya  terbatas pada malam hari, tetapi dia masih mampu menghasilkan 12 novel.
Selama Perang Dunia II, Agatha Christie menulis dua novel "“Curtain” and “Sleeping Murder”, sebagai kasus terakhir dari dua detektif hebat, Hercule Poirot dan Jane Marple. Kedua buku itu disegel dalam brankas selama lebih dari tiga puluh tahun, dan hanya dirilis untuk publikasi oleh Agatha Christie menjelang akhir hidupnya.


Agatha Christie
menemani suaminya Max Mallowan dalam ekspedisi arkeologi selama hampir 20 tahun, dan bukunya Come Tell Me How You Live menggambarkan hari-harinya pada penggalian arkeologi di Suriah. Untuk menghormati banyak karya sastra-nya, Agatha Christie dianugerahi Commander of the Order of the British Empire pada tahun 1956. Pada tahun 1957 Agatha menjadi President of the Detection Club • Dan pada tahun 1971 Agatha Christie Order of Dame Commander of the British Empire ,membuat namanya bergelar Dame Agatha Christie. Suaminya memperoleh gelar kebangsawanan Sir Max Mallowan pada tahun 1968 untuk pengabdian arkeologinya.
Agatha Christie, dalam kondisi kesehatan yang buruk selama beberapa tahun, meninggal dengan tenang di rumah pada tanggal 12 Januari 1976, dalam usia 85 tahun. Dia meninggal di Wallingford, Oxfordshire.iia dimakamkan di St Mary Churchyard, di Cholsey, Oxon.Novel Sleeping Murder danMiss Marple's last case diterbitkan setelah kematiannya. Otobiografi Agatha Christie juga diterbitkan secara anumerta.

Hal-hal menarik dari Agatha Christie:
1.      Agatha Christie mampu mejadi penulis novel misteri detektif meskipun ia tidak pernah mendapatkan pendidikan formal selain daripada sekolah musik. Bahkan profesinya sebagai perawat dan petugas apotik tidak mampu menghalanginya
2.      Agatha Christie tetap,bahkan makin produktif dalam berkarya sastra justru ketika situasi negaranya sedang kacau oleh perang.
3.      Julukan “The Queen of Crime” melekat pada Agatha Christie atas dasar karya-karya cerita detektif orthodox-nya. Karya Agatha telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk yang pernah kami baca adalah Pembunuhan di Lorong, dan Tiga Kasus Hercule Poirot Lainnya. Karyanya memang menunjukkan kualitas dan penuh dengan enigma yang kontradiktif dengan pemahaman orang awam.
4.      Nama “Agatha Christie” seharusnya berganti menjadi Agatha Mallowen, setelah ia bercerai dengan suami pertamanya. Hal ini tentu menjadi suatu ironi tersendiri bagi Agatha.
5.      Agatha Christie merupakan pengarang yang sangat produktif. Selama hidupnya Agatha Christie telah menulis:
• 66
novel kriminal
• 13
plays
• 154 cerita pendek, sebagian besar diterbitkan dalam 16 koleksi
• 6 novel romantis sebagai Mary Westmacott
6.      Karya Agatha Christie tetap sebagai populer sekarang , dimana semua buku-bukunya tetap dicetak di Inggris.Karya-karyanya telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 50 bahasa dan diterbitkan di 70 negara dan telah terjual lebih dari 2 milyar buku.Setidaknya 30 film dan lebih dari 100 produksi TV telah dibuat.


Setiap ada angin berhembus kencang, yang membuat pohon-pohon Alghatis alba bergoyang, lalu dahan dan ranting yang mengering patah dan jatuh. Mereka berlarian kegirangan menyambutnya. Tubuh-tubuh kecil menyeruak di antara pohon Amomum cardamomum, di tengah deru angin yang mengancam. Ranting-ranting itu bagaikan tetes-tetes air hujan di tengah kemarau, hingga tubuh-tubuh kecil itu memperebutkannya. Derap langkah lari beserta sorak girang mereka mampu mengalahkan gemuruh angin senja. Tangan-tangan berdebu menggenggam berkah dari langit itu, berlari kesana kemari memunguti ranting-ranting kering dan kecil. Tak jarang mereka saling berebut, terlontarlah kata-kata yang berselisih, disusul suara ‘krek’, tanda ranting patah untuk dibagi. Tangan-tangan berdebu itu kini telah terisi.
Tubuh-tubuh kecil kembali menyeruak keluar dari kerumunan pohon Amomum cardamomum yang jelas lebih tinggi dari mereka. Lalu diletakannya ranting kering itu di tanah yang lapang. Ranting yang terlalu panjang dipatahkan, yang mencuat ke samping pun dipatahkan, hingga suara-suara ranting patah saling bersautan. Lalu tubuh-tubuh kecil itu kembali berdiri tegak menghadap pepohonan, menunggu gemuruh angin dan ranting berjatuhan memanggil mereka kembali. Mereka kembali berlarian, menghilang di antara pepohonan, dan kembali muncul menggenggam ranting seperti hendak menghunuskan tombak.
Tanpa pamrih. Aku tahu, dan aku sangat yakin, anak-anak laki-laki di Petahunan yang mayoritas berasal dari kalangan penderes tidaak pernah disuruh orang tuanya untuk repek. Aku tidak tahu, apakah mereka menantang maut yang dibawa angin hanya untuk memungut ranting kering dikarenakan dorongan nurani dari hati kecil mereka. Mungkin. Atau pemahaman dan empati terhadap kultur dan dialektika kehidupanlah yang memotivasi mereka. Pikiran mereka sedang tumbuh serupa pohon-pohon kecil, lalu dedaunan rontok dari rantingnya. Repek adalah hal yang begitu sederhana, walaupun ranting-ranting hasil repek tidaklah seberapa untuk mengganjal pawon yang menyulap nira hasil sadapan penderes, menjadi bongkah-bongkah gula merah yang menghidupi mereka; kaum penderes.
Tetapi kegirangan tubuh-tubuh kecil itu, semangat mereka, ketulusan mereka adalah refleksi dari kesadaran dan kepedulian, bahkan penghargaan bagi sumber-sumber pengharapan dari setiap hari hidup mereka.
Repek adalah gerak reflek dari rangsangan syaraf tak sadar yang menyadari akan kewajiban mereka sebagai anak penderes, meski penderes itu sendiri tak pernah mewajibkan putranya untuk repek. Repek adalah perwujudan dari rasa syukur seorang anak manusia dan kecintaannya pada kehiduapan yang menggariskan mereka pada jalan untuk membakar getah Cocos nucifera menjadi bongkah-bongkah bumbu pemanis yang memberi mereka kebahagiaan. Mereka bangga pada jalan hidupnya. Mereka menyumbangkan ranting-ranting kering untuk berpartisipasi dalam perjuangan orang tuanya mempertahankan hidup mereka, sebagai pengejawantahan semangat mereka.


“Aku tidak mengerti, mengapa potongan-potongan kain sisa penjahitan bisa menghasilkan rangkaian penghias yang begitu indah.”
Hidup bagaikan sebuah proses merangkai potongan-potongan itu, setiap potongan kain memiliki corak yang berbeda, warna yang berbeda, dan ukuran yang berbeda. Layaknya sebuah kisah di suatu waktu dalam hidup manusia sejak ia terlahir ke dunia sampai ia meninggalkannya. Manusia tidak bisa menentukan, atau bahkan menerka kisah apa yang akan menimpanya. Sama halnya kita tak bisa menentukan corak apa yang kita miliki, kain-kain itu adalah sisa. Kita hanya bisa memilih diantara kain tersedia untuk dirangkai sesuai estetika nurani manusia. Seperti dalam hidup, kita hanya bisa bertawakal, berikhtiar, mempercayai qada dan qadar yang telah tersurat dalam takdirnya, kita tidak mampu mengubah takdir, tetapi kita dapat memilih jalan untuk memperbaiki keadaan kita dengan kemampuan yang kita miliki. Hakikatnya, seni menempel kain adalah bagaimana kita bisa menutupi permukaan objek dengan potongan-potongan kain beserta pola yang dimilikinya. Pola-pola berbeda yang tidak mampu untuk ditentukan, dapat menghasilkan sebuah mozaik yang indah. Dengan estetika manusia merangkai pola-pola itu sampai menutupi semua permukaan objeknya. Sederhana, tujuannya hanya menutupi semua permukaan yang ada.
Hidup adalah mahakarya Sang Pencipta, mozaik dari berjuta kisah hidup seorang manusia. Manusia tak perlu menyesali guratan takdir yang Ia gariskan. Tetapi bertahan, berjuang untuk menjalani rangkaian mozaik itu hingga ia menutup usianya.

About this blog

When one door closes, another one opens; but we so often look so long and so regretfully upon the closed door, that we do not see the ones which open for us

Alexander Graham Bell

Pages

Total Pageviews

take a look!

Septian Slideshow: Septian’s trip from Purwokerto, Jawa, Indonesia to Semarang was created by TripAdvisor. See another Semarang slideshow. Take your travel photos and make a slideshow for free.

"Some people are so afraid to die that they never begin to live." -Henry Vandyke (1852-1933)

be the followers

time is precious

Blog List

Assalamu'alaikum

Welcome to my virtual world!

Thanks for visiting my blog

change the language

中文(简体) Português English (US) Français Deutsch Italiano 日本語 한국어 Русский Español

Where did the visitors come from?